JAKARTA -- Asian Development Bank
(ADB) atau Bank Pembangunan Asia memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pasa kuartal ketiga dan akumulasi hingga akhir 2012. Ekonomi Senior
ADB Edimon Ginting mengungkapkan, perlambatan ini masih diakibatkan pertumbuhan
ekonomi global.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia
akan sedikit melambat ke 6,3 persen. Sementara, kuartal keempat bisa mencapai
6,4 persen," jelas Edimon saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (3/10). Untuk
akumulasi hingga akhir tahun, Edimon memprediksi pertumbuhan ekonomi hanya akan
sampai 6,2 persen. Ini melambat jika dibanding pertumbuhan ekonomi 2011 yang
mencapai 6,5 persen.
Dari segi daya tahan, Indonesia
lebih baik ketimbang negara lain, terutama dilihat dari investasi. Oleh karena
itu, tutur Edimon, pertumbuhan ekonomi masih akan baik meski tidak dapat
menghindari adanya dampak dari krisis ekonomi global. Edimon memprediksi sektor
investasi masih akan menyumbang kontribusi terbesar hingga empat persen.
Sementara, sektor konsumsi menyumbang 2,5 persen.
Selain itu, konsumsi pemerintah
bakal tetap meningkat. Tetapi, tutur Edimon, sektor ekspor akan menjadi
negatif. Kondisi ekonomi Cina dan India menjadi pemyebab utama lambatan ekonomi
asia. Pertumbuhan investasi dan ekspor Cina dan India mengalami perlambatan
dalam beberapa tahun terakhir.
Pendapatan domestik bruto (PDB) atau
pertumbuhan ekonomi sebenarnya masih bertambah satu persen dari jumlah saat ini
yang mencapai 6,4 persen pada kuartal kedua. Edimon mengungkapkan, potensi
tersebut masih bisa bertambah jika sektor infrastruktur digarap maksimal
sehingga bisa berkontribusi untuk sektor jasa.
"Sektor jasa masih bisa
dikembangkan. Jika infrastuktur bisa digarap maksimal maka akan menimbulkan multiplier effect untuk sektor
jasa," ungkap Edimon. Ia mengungkapkan, negara-negara maju, seperti
Amerika Serikat, Singapura, dan India sudah membesarkan sektor jasanya dengan
baik.
Meski demikian, Edimon mengakui,
pertumbuhan sektor jasa akan mendatangkan efek domino berupa menanjakan nilai
impor. Menurutnya, hal tersebut bisa mendatangkan defisit neraca berjalan dan
neraca perdagangan karena ekspor yang belum juga membaik. Tetapi, Edimon
menganggap hal tersebut hanya bersifat sementara. Pasalnya, tutur Edimon, pertumbuhan
di sektor jasa akan menutup impor bahan modal dan bahan penolong untuk
menyokong infrastruktur pasa sektor jasa.
Ekonomi lain ADB, Priasto Aji,
menjelaskan, sektor jasa di Indonesia saat ini masih bertipikal tradisional.
Menurutnya, jasa masih disumbang dari sektor perdagangan yang bersifat
informal, hotel, dan restoran. Menurutnya, sektor ini yang menyerap tenaga
kerja ketika sedang terjadi krisis. Sehingga, harus dikembangkan dengan nilai
tambah yang bernilai tinggi. (Sumber
: Rebuplika)
Analisi :
Setiap keputusan yang diambil
mempunyai kelebihan dan kekurangan, hal ini diperjelas dari pernyataan diatas
"pertumbuahn sektor jasa akan mendatangkan efek domino berupa menanjaknya
nilai impor", oleh karena itu kekurangan keputusan yang diambil harus
ditutupi dengan kelebihan keputusan yang diambil. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi jangan hanya fokus yang langsung terlihat hasilnya saja,
seakan-akan kita hanya bertumpu di sektor investasi saja. Disektor lain pun
jika kita serius membangunnya dari bawah nantinya akan terlihat hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar