Jumat, 12 Oktober 2012

ADB : Ekonomi Bisa Melambat


JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pasa kuartal ketiga dan akumulasi hingga akhir 2012. Ekonomi Senior ADB Edimon Ginting mengungkapkan, perlambatan ini masih diakibatkan pertumbuhan ekonomi global.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit melambat ke 6,3 persen. Sementara, kuartal keempat bisa mencapai 6,4 persen," jelas Edimon saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (3/10). Untuk akumulasi hingga akhir tahun, Edimon memprediksi pertumbuhan ekonomi hanya akan sampai 6,2 persen. Ini melambat jika dibanding pertumbuhan ekonomi 2011 yang mencapai 6,5 persen.
Dari segi daya tahan, Indonesia lebih baik ketimbang negara lain, terutama dilihat dari investasi. Oleh karena itu, tutur Edimon, pertumbuhan ekonomi masih akan baik meski tidak dapat menghindari adanya dampak dari krisis ekonomi global. Edimon memprediksi sektor investasi masih akan menyumbang kontribusi terbesar hingga empat persen. Sementara, sektor konsumsi menyumbang 2,5 persen.
Selain itu, konsumsi pemerintah bakal tetap meningkat. Tetapi, tutur Edimon, sektor ekspor akan menjadi negatif. Kondisi ekonomi Cina dan India menjadi pemyebab utama lambatan ekonomi asia. Pertumbuhan investasi dan ekspor Cina dan India mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir.
Pendapatan domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi sebenarnya masih bertambah satu persen dari jumlah saat ini yang mencapai 6,4 persen pada kuartal kedua. Edimon mengungkapkan, potensi tersebut masih bisa bertambah jika sektor infrastruktur digarap maksimal sehingga bisa berkontribusi untuk sektor jasa.
"Sektor jasa masih bisa dikembangkan. Jika infrastuktur bisa digarap maksimal maka akan menimbulkan multiplier effect untuk sektor jasa," ungkap Edimon. Ia mengungkapkan, negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, dan India sudah membesarkan sektor jasanya dengan baik.
Meski demikian, Edimon mengakui, pertumbuhan sektor jasa akan mendatangkan efek domino berupa menanjakan nilai impor. Menurutnya, hal tersebut bisa mendatangkan defisit neraca berjalan dan neraca perdagangan karena ekspor yang belum juga membaik. Tetapi, Edimon menganggap hal tersebut hanya bersifat sementara. Pasalnya, tutur Edimon, pertumbuhan di sektor jasa akan menutup impor bahan modal dan bahan penolong untuk menyokong infrastruktur pasa sektor jasa.
Ekonomi lain ADB, Priasto Aji, menjelaskan, sektor jasa di Indonesia saat ini masih bertipikal tradisional. Menurutnya, jasa masih disumbang dari sektor perdagangan yang bersifat informal, hotel, dan restoran. Menurutnya, sektor ini yang menyerap tenaga kerja ketika sedang terjadi krisis. Sehingga, harus dikembangkan dengan nilai tambah yang bernilai tinggi. (Sumber : Rebuplika)

Analisi :
Setiap keputusan yang diambil mempunyai kelebihan dan kekurangan, hal ini diperjelas dari pernyataan diatas "pertumbuahn sektor jasa akan mendatangkan efek domino berupa menanjaknya nilai impor", oleh karena itu kekurangan keputusan yang diambil harus ditutupi dengan kelebihan keputusan yang diambil. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangan hanya fokus yang langsung terlihat hasilnya saja, seakan-akan kita hanya bertumpu di sektor investasi saja. Disektor lain pun jika kita serius membangunnya dari bawah nantinya akan terlihat hasilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar