Senin, 03 Desember 2012

4 Bisnis Bermodal Kecil yang Kini Jadi Perusahaan Raksasa


Jakarta - Memulai bisnis butuh modal. Sumbernya bisa dari mana saja, suntikan dana dari investor, pinjaman lunak dari bank atau warisan dari orang tua.

Tapi biasanya, orang yang akan membuka bisnis lebih mengandalkan uang tabungan miliknya sendiri. Satu hal yang harus ditekankan adalah, punya modal besar belum tentu bisnis Anda langsung menjadi besar.

Bahkan, ada beberapa perusahaan yang dimulai dengan modal cukup kecil jika dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasarnya saat sudah terkenal. Berikut ini adalah beberapa contoh perusahaan yang sudah terkenal dengan modal kecil, seperti dikutip dari Investopedia, Selasa (27/11/2012).


1. The Body Shop
Anita Roddick memulai bisnis perawatan kulit di 1977 dengan modal U$ 6.800 (Rp 61,2 juta) dari pinjaman bank, atau setara US$ 26.000 (Rp 234 juta) saat ini. Ia menghasilkan berbagai produk perawatan kulit yang unik hasil dari eksperimen di rumah bersama anak perempuannya.

Saking minimnya modal, Roddick sempat meminta para pelangganya untuk mengembalikan botol bekas yang sudah tidak terpakai, sehingga botol-botol tersebut bisa ia isi ulang untuk dipakai kembali. Selain lebih hemat, cara ini juga lebih ramah lingkungan.

Ia memutuskan untuk mewaralabakan bisnisnya tersebut, hasilnya toko besutan Roddick sekarang ini tersebar hampir di seluruh dunia. Sampai akhirnya, perusahaan kecil miliknya diincar dan dibeli oleh perusahaan raksasa. Betul, L'Oreal membeli kepemilikan saham Body Shop senilai lebih dari US$ 1 miliar (Rp 9 triliun) di 2006.

2. Ticketsnow
Mike Domek sudah punya banyak pengalaman jual-beli tiket memakai ponsel dan koneksinya ke berbagai acara konser, acara olahraga dan lain-lain. Bisa dibilang ia memulai karirnya dengan menjadi calo tiket.

Ia merasa ingin memanfaatkan kelebihannya itu ke tingkat selanjutnya pada 1992. Dengan modal US$ 100 (Rp 900 ribu), ia menjadi broker tiket profesional. Hingga pada 1996, ia punya cukup uang untuk mendirikan ticketsnow, tempat beli berbagai tiket secara online.

Hingga 2005 lalu, Domek mempekerjakan hampir 200 karyawan dengan omzet US$ 100 juta (Rp 900 miliar) per tahun. Sama seperti Alienware, perjuangan Domek seorang diri harus berakhir setelah TicketMaster membeli perusahannya senilai US$ 265 juta (Rp 2,4 triliun).

3. Alienware
Pada tahun 1996, penjualan komputer rumahan alias personal computer (PC) mulai lesu. Apalagi dengan bentuknya yang membosankan dan hampir sama meski berasal dari perusahaan yang berbeda.

Dua sahabat, Alex Aguila dan Nelson Gonzalez masuk ke bisnis ini meski di tengah situasi industri yang kurang menggembirakan tersebut. Mereka berdua punya kelebihan, yaitu tahu kondisi pasar dan punya uang untuk jadi modal.

Dengan modal awal US$ 10.000 (Rp 90 juta), mereka mulai mendapat pesanan untuk mengubah PC biasa menjadi lebih kreatif dan enak dipandang, salah satu temanya adalah berhubungan dengan video game PC.

Pada tahun pertama mereka hampir tidak mendapat untung sama sekali, tetapi jumlah pesanannya makin lama makin banyak, terutama dibantu oleh berbagai artikel di majalah game. Berbagai pujian dan kritik yang positif membuat Alienware makin terkenal di antara para gamer.

Alienware pun akhirnya dilirik oleh perusahaan raksasa dan akhirnya dibeli oleh Dell senilai lebih dair US$ 100 juta (Rp 900 miliar) di tahun 2006.

4. Subway
Seorang anak putus sekolah, Fred Deluca, mendapatkan pinjaman uang US$ 1.000 (Rp 9 juta) dari temannya pada 1965. Uangnya ia gunakan untuk membuka usaha toko roti lapis.

DeLuca masih berumur 17 pada saat ia memasang iklan untuk membeli peralatan dapur murah yang akan digunakan untuk di tokonya tersebut. Ia menamai tokonya Pete's Super Submarines, diambil dari nama temannya yang memberi pinjaman, Peter Buck.

Bisnisnya sempat terancam ditutup karena tidak memenuhi syarat, yaitu tempat cuci piring yang sesuai dengan standar kesehatan. Tempat cuci piring itu tidak murah, butuh US$ 550 (Rp 5 juta) untuk pemasangannya.

Akhirnya, ia kembali meminjam US$ 1.000 kepada temannya tersebut. Setelah berjuang selama beberapa tahun, akhirnya ia berhasil membuka tiga cabang baru yang juga menuai sukses.

Sekarang ini, warung roti lapis DeLuca sudah berubah nama dan dikenal dengan nama Subway's. Waralaba yang membuatnya menjadi miliuner. Peter Buck juga keciptratan rezeki atas kepercayaannya meminjamkan uangn kepada DeLuca.

Modal awalnya US$ 1.000 di tahun 1965 jika dihitung dengan kurs sekarang ini mungkin setara US$ 7.000 (Rp 63 juta). Apa yang dilakukan DeLuca cukup mengagumkan, bisnis dengan modal yang kecil kini meraup omzet miliaran dolar AS setiap tahunnya.


Analisis :

Berani mencoba, terjatuh untuk bangkit, ke gagalan menjadi pelajaran.
Mungkin itu salah satu dari beberapa kalimat memotivasi seseorang untuk berani mancoba sesuatu hal dalam bidang apapun, begitu pun dalam berbisnis.
Tak ada salahnya kita gagal dalam berbisnis, tak ada salahnya kita mencoba dari yang terkecil hingga nanti menjadi besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar