Sabtu, 05 Februari 2011

Melirik Bisnis


PENJUALAN LANGSUNG
Bukan hanya menciptakan lapangan kerja, bisnis ini juga mencetak pewirausahan

                   Ketika angka pengangguran kian tinggi, bisnis penjualan langsung (MLM) tampaknya menjadi alternative menarik untuk dilirik. Terlebih, ketika perbandingan antara lapangan kerja dan tenaga kerja yang tersedia tak berimbang.
                   Dari data yang dilansir Kementerian Tenaga Kerja dan Trasnsmigrasi, pada 2011 dan 2012, Jumlah angka kerja meningkat pada kisaran 2,2 juta. Kenaikan itu menghasilkan jumlah angkatan kerja 2001 menjadi 118,67 juta. Angkatannya malah melonjak menjadi 120,86 juta pada2012. Bayangkan, ada ratusan juta jiwa yang bersaing mencari pekerjaan di Tanah Air.
                   Nah, saat angka sudah bicara, tampaknya yang kemudian perlu dilakukan adalah mencari solusi. Untuk itu, bisnis penjualan langsung agaknya dapat mennjadi solusi yang pas. Apalagi, siapa saja bisa menjadi konsultan atau agen penjualan langsung.
Bisnis penjualan langsung bisa dikerjakan oleh siapa pun, sebab tidak ada ikatan jam kerja yang pasti . Siswa SMA, bisa mengerjakan sepulang sekaloh. Ketika ia sedang ujian, ia bisa meningalkan jualannya tanpa beban. Pekerjan kantoran pun bisa menjadikan bisnis penjualan langsung sebagai pendapatan tambahan.
                   Komisaris Oriflame Indonesia, A Fawzy Siddik, mengatakan, bisnis penjualan bukan cuma menciptakan lapangan kerja, “Tapi mencetak pewirausaha,” katanya.
Potensi Indonesia di sektor penjualan langsung juga di liat sangat besar. Mereka yamg berusia dibawa 40 tahun rata-rata sudah bisa menjadi penjual yang berprestasi. Alasannya, kata Fawzy , rata-rata mereka memulainya dari usia muda, yaitu dari kisaran usia 25 tahun. Bahkan, ada yang sedari bangku kuliah.
                   Bisnis MLM alias “multilevel marketing” berbeda dengan jenis bisnis lainnya. Ini lantaran produuk-produk MLM tak akan ditemukan di took, mal, atau pasar. Pembeli hanya bisa mendapatkannya lewat pribadi yang menjadi agen dari perusahan.
                   Selain Oriflame, produk dangan merek Tupperware, CNI, hingga Amway adalah contoh produk yang bisa dibeli lewat sistem penjualan langsung. Sayang, ketika mendengar kata MLM, tak sedikit orang yang langsung ‘alergi’. “Katanya, ‘Aduh, saya enggak bisa jualan. Atau, ini apa, MLM ya,” Padahal, dalam bisnis penjualan lansung, orang-orang yang ikut penjualan ini akan menjadi ujung tombak perusahaan. Di tangan mereka, produk bisa sampai ke tangan konsumen.
                   Selain itu, menjadi penjualan langsung memiliki keuntungan yang tidak sama serti bekerja di kontor. Semakin kuat usah, semakin besar ppula pendapatan yng bisa di baawa pulang.
Perluas jaringan
                   Seorang penjualan langsung bisa memulai usahanya dari menawarkan ke teman dan keluarga. Dari lingkungan yang sudah dikenal, ia kemudian harus memperluas jaringan ke limgkup orang-orang yang tidak dikenalnya. Biasanya, kegagalan seorang penjualan langsung terletak pada ketidakmampuannya meyakinkan orang yang tidak dikenalnya.
                   Dalam bisnis ini, untuk perkembangan diperlukan jaringan. “Dengan orang yang tidak dikenal tidak bisa langsung straight to the point, harus ada pendekatan terlebih dahulu. Ibaratnya, ada jalinan hubungan yang dibina dulu. “Jangan menelepon dia terus-menerus untuk diajak bertemu”.
                   Dekati perlahan dan ajak. Misalnya, ke demo produk itu dulu. Setelah rasa tertarik muncul, baru ajak sang teman untuk mengenal bisnis ini lebih lanjut. Namun, tak berarti berbisnis MLM bebas kendala. Inggried DW, penjual langsung produk Tupperware, mengatakan, kendala terbesar untuk seorang pemula adalah menghadapi penjual langsung lain yang sudah memiliki jariingan leebih luas. Belum lagi banyak pribadi MLM yang berani memberikan diskon serta menjual barangnya bukan secara langsung, tapi lewat online.
                   “Diskonnya tidak tanggung-tanggung,” kata Inggried. Setara dengan harga yang didapatnya dengan harga mengambil barang langsung di distributor. “Ternyata tidak semudah yang aku bayngkan,” kata karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta Selatan ini.
                    Namun, Inggried mengakui, usaha yang diniatkannya sebagai pendapatan tambahan itu kurang serius digarap karena ia masih fokus pada pekerjaan utama di kantor. Inggried memang baru tiga bulan berkutan di bisnis ini.
                    Upaya menawarkan produk dagangannya baru sebatas pada keluarga dan teman. “Agaknya, saya belum menemukan cara yang tepat untuk masuk ke bisnis ini dan menyiasatinya hingga berhasil,” ijarnya. Inggried pun menyadari, satu cara untuk sukses berbisnis MLM, yakni kegigihan. (sumber: REPUBLIKA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar