Jangan meremehkan soal tidur pada anak-anak. Jika mereka kurang tidur waktu malam, mereka dapat beresiko mengalami gangguan berat badan alias kegemukan. Demikian hasil penelitian di Selandia Baru.
Penelitian ini melibatkan 244 anak berusia antara tiga sampai tujuh tahun. Hasil penelitian dimuat dalam laman milik BMJ dan dikutip BBC edisi 27 Mei. Disebutkan bahwa dengan labih banyak tidur, terkait dengan baret badan yang lebih rendah. Hal ini bakal membawa konsekuensi penting dalam kesehatan masyarakat.
Dalam penelitian ini, anak-anak diperiksa setiap enam bulan. Hal ini yang diteliti, antara lain, pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lemak tubuh. Kebiasaan mereka tidur dan tingkat aktifitas fisik juga dicatat pada usia tiga, empat, dan lima tahun.
Hasilnya, anak-anak yang kurang tidur pada usia dini memiliki ridiko lebih besar memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih besar pada usia tujuh tahun. Kecenderungan ini tetap terlihat meskipun ada faktor risiko lain yang ikut diteliti, seperti gender dan aktifitas fisik. Ada beberapa simpulan dari penelitian ini. Salah satunya cukup sederhana, yaitu kurang tidur mengakibatkan lebih banyak waktu untuk makan. Hal ini mengubah hormon yang memengaruhi nafsu makan.
Sebagai analisis tambahan, Profesor Francesco Cappuccio dan Profesor Michelle Miller dari Univesity of Warwick, Inggris, mengatakan bahwa penelitian pada masa mendatang harus mengeksploitasi cara baru tanpa mengunakan obat untuk memperpanjang waktu tidur anak-anak dan orang dewasa.” “Untuk sementara ini, tidak ada salahnya untuk menyarankan bahwa gangguan waktu tidur diperkirakan berkontribusi pada buruknya kesehatan jangka panjang pada anak-anak dan orang dewasa,” tambahCappuccio.
Sementara itu, DR Ian Maconochie dari Royal College of Paediatrics and Child Health mengatakan, “Anak-anak balita biasanya memiliki waktu tidur pada malam dan siang hari selama 11 jam.”
“Namun, 20 persen dari anak-anak- ini justru mengalami gangguan tidur dan kita sudah tau bhwa tidur yang tidak layak berpengaruh secara signifikan pada tingkat perhatian, daya ingat, tingkah laku, dan perilaku disekolah. Maka, penelitian ini melengkapi pengetahuan kita tentang pola tidur anak-anak,” ujarnya.
Kaitan tidur dan obesita
Sebelumnya, para peneliti dari Amerika Serikat (AS) juga mengaitkan antara tidur dan kegemukan berlebihan atau obesitas. Laman BBC menyebutkan, para ahli Kaiser Permanente Center For Health Research ini menilai bahwa mengatur waktu tidur sertamengendalikan sters akan membantu memerangi obesitas.
Laporan tim penelitian dalam International Journal of Obesity juga menunjukan, tingkat stres yang rendah juga berakibat dengan penurunan berat badan. Penelitian ini melibatkan 472 orang yang mnderita obesitas. Untuk enam bukan pertama, mereka diminta mengurangi konsumsi 500 kalori per hari dari porsi yang biasa mereka santap. Mereka juga harus berolahraga hamper setiap hari lalu menghadiri pertemuan kelompok.
Para peneliti kemudian menuliskan, “waktu tidur dapat memprediksi keberhasilan program pengurangan berat badan.” Tak hanya itu, orang-orang dengan tingkat stres yang lebih rendah juga mengalami penurunan berat badan yang lebih banyak.
Dr. Neil Stanley dari British Sleep Society mengatakan bahwa komunitas yang peduli pada masalah tidur ini telah “mencurigai” adanya kaitan antara tidur dan kegemukan. Karenanya dengan penelitian ini, mereka gembira karena ada ahli mengenai obesitas yang kemudian meneliti hal ini.
“Selama ini, kita menyakinkan makan lebih dikit (untuk mengurangi berat badan-Red). Namun, ada bukti yang semakin akurat bahwa untuk itu kita juga perlu tidur yang cukup.”
Nah, Anda ingi mengurangi berat badan? Kata sang ahli, “Kurangi makan, lebih banyak bergerak, lalu tidur yang cukup.” Mungkin pada praktik tak semudah diucapkan. (Sumber : REPUBLIKA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar