Generalisasi adalah penalaran dengan cara menarik kesimpulan
berdasarkan data yang sesuai dengan fakta. Data tersebut harus cukup untuk
membuat kesimpulan secara umum. Berikut contoh paragraf induktif generalisasi :
Cina menjadi salah satu sasaran pengembangan olahraga basket
oleh YMCA. Diutuslah Bob Baily ke Tientsien (1894) guna memperkenalkan olahraga
baru ini. Sejak itu, Cina mulai memainkan olahraga ini. Selain Cina, negara
Asia lain yang dijamah permainan basket untuk kesempatan pertama adalah Jepang
(1900) dan Filipina (1900).
Bagaimana bola basket bisa sampai masuk ke Indonesia? Pada
tahun 1920-an, gelombang perantau-perantau dari Cina masuk ke Indonesia. Mereka
pun membawa permainan basket yang sudah dua dasawarsa dikembangkan di sana.
Para perantau itu membentuk komunitas sendiri termasuk
mendirikan sekolah Tionghoa. Akibatnya, basket cepat berkembang di
sekolah-sekolah Tionghoa. Di sekolah-sekolah Tionghoa itu, bola basket menjadi
salah satu olahraga wajib yang harus dimainkan oleh setiap siswa. Tidak heran
jika di setiap sekolah selalu ada lapangan basket. Tidak heran juga jika
pebasket-pebasket yang menonjol penampilannya berasal dari kalangan ini.
Pada era 1930-an perkumpulan-perkumpulan basket mulai
terbentuk. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, dan Medan; menjadi sentral berdirinya perkumpulan basket ini. Di
Semarang misalnya, Pada tahun 1930 sudah ada perkumpulan seperti Chinese
English School, Tionghwa Hwee, Fe Leon Ti Yu Hui, dan Pheng Yu Hui (Sahabat).
Sahabat adalah klub asal Sony Hendrawan (Liem Tjien Sion), salah satu legenda
basket Indonesia.
Usai Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945, olahraga
basket mulai dikenal luas di kota-kota yang menjadi basis perjuangan seperti
Yogyakarta dan Solo. Pada PON (Pekan Olahraga Nasional) I (1948) di Solo, bola
basket dimainkan untuk pertama kali di level nasional. Peserta PON I masih
terbatas pada putra terkuat dari masing-masing ‘Karesidenan’, dan juga
perkumpulan-perkumpulan dengan pemain pribumi seperti PORI Solo, PORI
Yogyakarta, dan Akademi Olahraga Sarangan.
Namun harus diakui bahwa untuk teknik permainan, kemampuan
regu-regu Karesidenan yang terdiri dari para pemain Tionghoa jauh lebih tinggi
daripada pemain pribumi. Pada tahun 1951 saat pergelaran PON II, basket sudah
dimainkan untuk putra dan putri. Regu yang dikirim tidak lagi mewakili
Karesidenan melainkan sudah mewakili Provinsi. Regu-regu dari Jatim, DKI
Jakarta, Jabar, dan Sumatra Utara adalah kekuatan-kekuatan terkemuka di pentas
PON. Pada tahun 1951, Maladi -salah satu tokoh olahraga nasional- meminta Tonny
Wen dan Wim Latumeten untuk membentuk organisasi basket di Indonesia. Jabatan
Maladi waktu itu adalah sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Atas
prakarsa kedua tokoh itu maka pada 23 Oktober 1951 dibentuklah organisasi
dengan nama “Persatuan Basketball Seluruh Indonesia”.
Pada tahun 1955, diadakan penyempurnaan nama sesuai kaidah
Bahasa Indonesia. Nama itu adalah “Persatuan Bola Basket seluruh Indonesia”
disingkat dengan Perbasi. Pengurus Perbasi yang pertama adalah Tonny Wen sebagai
ketua dan Wim Latumeten sebagai sekretaris.
Tidak Mau Bergabung Dengan terbentuknya Perbasi, apakah
perkembangan basket Indonesia bertambah pesat? Ternyata tidak. Tantangan
pertama datang dari perkumpulan Tionghoa yang tidak bersedia bergabung karena
telah memiliki perkumpulan tersendiri. Untuk memecahkan masalah tersebut, pada
tahun 1955 Perbasi menyelenggarakan Konferensi Bola Basket di Bandung.
Konferensi ini dihadiri utusan-utusan dari Yogyakarta, Semarang, Jakarta, dan
Bandung. Keputusan terpenting Konferensi ini adalah Perbasi merupakan satu-
satunya organisasi induk olahraga basket di Indonesia. Istilah-istilah untuk
perkumpulan-perkumpulan basket Tionghoa tidak diakui lagi. Konferensi ini juga
mempersiapkan penyelenggaraan Kongres I Perbasi.Perbasi diterima menjadi
anggota FIBA pada tahun 1953. Setahun kemudian, 1954, Indonesia untuk pertama
kalinya mengirimkan regu basket di Asian
Games Manila.
Analogi adalah penalaran dengancara membandingkan dua hal
yang banyak mengandung persamaan. Dengan kesamaan tersebut dapatlah ditarik
kesimpulannya. Berikut contoh paragraf induktif analogi :
DULU orang mengatakan 9 dari 10 orang terkaya adalah
pengusaha. Tapi, data itu invalid. Fakta menunjukkan 10 dari 10 orang terkaya
ialah pengusaha. Jadi kalau ingin kaya, jadilah pengusaha.
Dengan jadi pengusaha, banyak keuntungan yang didapatkan.
Dari gaya hidup kelas atas, waktu yang banyak, bersedekah, dan modal yang tak
terbatas.
Ingin tahu rasanya jadi pengusaha? Hanya dalam 99 detik
saja, Anda bisa merasakan menjadi pengusaha. Tak peduli di posisi mana kita
berada, yang tak bisa kita mungkiri adalah bahwa kini semua orang butuh cepat. Pun
kalau kita ingin sukses, kita harus berani berubah, dan untuk berubah
diperlukan keberanian.
Hubungan sebab-akibat adalah penalaran dengan cara
mengemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya suatu peristiwa, kemudian
dapat ditarik kesimpulan yang merupakan akibatnya. Berikut contoh paragraf
induktif sebab-akibat :
Faktor pertama penyebab terjadinya banjir, kerusakan
lingkungan, ditandai peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
bumi (pemanasan global). Kondisi bumi yang memanas menyebabkan perubahan iklim
semakin tidak stabil. Dampak perubahan
iklim bagi Indonesia dapat dirasakan dengan semakin keringnya musim kemarau dan
intensitas air hujan yang semakin tinggi di musim penghujan. Naiknya permukaan
air laut disebabkan dataran es di kutub mencair serta merta membuat abrasi
pantai semakin cepat. Kedua fenomena alam tersebut membuat terbenamnya daratan
yang biasanya kering dan dapat ditinggali olehmanusia atau biasa kita kenal
dengan istilah banjir.
Faktor kedua adalah sistem pengelolaan lingkungan.
Pengelolaan lingkungan semakin berpengaruh terhadap kehadiran bencana banjir,
seiring dengan kecenderungan semakin meningkatnya wilayah perkotaan. Semakin
padatnya jumlah penduduk terutama di wilayah perkotaan, berdampak pada
peningkatan kebutuhan. Meluasnya wilayah pemukiman memiliki pengaruh langsung
terhadap berkurangnya daerah resapan air, karena hampir seluruh permukaan tanah
berganti dengan aspal atau beton. Kondisi tersebut diperparah dengan penataan
bangunan dan wilayah yang kurang memperhatikan sistem pembuangan air. Kekurang
ketersediaan pepohonan yang dapat berfungsisebagai peresapan air merupakan
kombinasi yang semakin sempurna untuk mendatangkan bencana banjir.
Faktor ketiga yang
lebih penting dari kedua faktor diatas adalah manusia.Perbedaan antara desa
dengan kota selain dilihat dari tingkat kepadatannya adalah pola hidup. Orang
di desa lebih mampu bersahabat dengan alam sekitarnya sedangkan di kota
seringkali tidak menghiraukan aspek lingkungan. Buktinya adalah di kota-kota
besar, gedung bertingkat dan jalanan beton menggusur tanah- tanah resapan air,
memperbanyak mall daripada membangun sungai-sungai.
Sebagai proses alam, banjir terjadi karena debit air sungai
yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke
daerah sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang
tinggi. Banjir juga dapat terjadi karena kesalahan manusia dengan membuang
sampah disungai-sungai dan saluran-saluran air lainnya,pengelolaan daerah hulu
sungai yang buruk, dan pengelolaan drainase yang buruk. Dalam siklus hidrologi,
daerah hulu sebenarnya adalah daerah resapan air. Pengelolaan daerah hulu yang
buruk menyebabkan air banyak mengalir sebagai air permukaan yang dapat
menyebabkan banjir. Pengelolaan drainase yang buruk terjadi berkaitan dengan
pengembangan daerah pemukiman atau aktivitas lainnya. Akibat buruknya drainase,
air permukaan tidak dapat mengalir dengan baik sehingga menggenang menjadi
banjir. , sungai-sungai menjadi tempat pembuangan sampah sehingga terhambatnya
aliran air tersebut. Banjir tidak dapat dihindari dan pasti terjadi.
Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi
bencana bagi manusia bila proses itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian
jiwa maupun materi.bukan banjir yang datang, justru manusia yang mendatangi
banjir.
Menghadapi masalah banjir :
·
Jangan mendiami daerah aliran banjir.
·
Beradaptasi dengan membuat rumah panggung
berkaki tinggi.
·
Membuat pengendali banjir berupa tanggul, kanal,
atau mengalihkan aliran air.
Sumber :